Selasa, 10 Oktober 2017

Home


Perempuan itu kembali mengacak-ngacak rambutnya frustasi. Sudah sejak tiga jam yang lalu ia duduk di ruang tengah apartemennya dengan sebuah laptop di hadapannya. Sesekali mengetik sesuatu kemudian menghapusnya lagi. Aleya Fredison Renaldy, seorang wanita berusia dua puluh satu tahun yang sekarang berprofesi sebagai penulis novel. Novel keempatnya sudah harus ia serahkan kepada pihak penerbit bulan depan, tapi lembar kerjanya masih kosong. Dalam hati, perempuan berambut panjang itu merutuki mantan kekasihnya. Semenjak putus dengannya dua minggu yang lalu, otaknya hanya bisa memikirkan cerita yang berakhir menyedihkan. Entah tentang sepasang kekasih yang berakhir meninggal, atau berpisah, dan hal lainnya yang menurut Aleya sangat menyedihkan.
Omong-omong soal menyedihkan, keadaan Aleya saat ini juga tak kalah menyedihkan. Matanya sembab akibat terus-menerus menangisi hubungannya dan Davin yang sudah menginjak tahun ke empat harus kandas begitu saja. Menjalin LDR memang menyusahkan, apalagi jika jarak keduanya sangat jauh. Bayangkan, Aleya harus merelakan kekasihnya itu pergi meninggalkannya untuk melanjutkan studinya di New York. Percaya, hanya itu yang dapat ia lakukan selama dua tahun terakhir. Awalnya baik-baik saja, tapi tiga bulan sebelum mereka putus. Aleya sering mendapat kabar dari Marcel bahwa kekasihnya sering bepergian dengan seorang perempuan, teman kampusnya.
Dua minggu yang lalu, laki-laki itu menghubunginya setelah satu bulan menghilang tanpa kabar. Davin meminta Aleya untuk bertemu di kafe yang biasa mereka datangi bersama. See? Bahkan laki-laki itu tidak memberi kabar bahwa ia berada di Jakarta. Lima menit setelah Aleya duduk di kursi kafe, laki-laki itu berkata bahwa mereka harus mengakhiri hubungan keduanya. Hanya itu, kemudian ia pamit pergi. Bahkan Aleya masih ingat jelas kata-katanya, hanya mengatakan putus tanpa alasan jelas.
“Menyebalkan. Bahkan dia meninggalkanku begitu saja” gumam Aleya.
Aleya mengecek ponselnya. Jam menunjukkan pukul  satu lewat sepuluh dini hari, tepat tanggal 4 desember. Hari ulang tahunnya. Aleya membuka aplikasi Line di ponselnya. Banyak ucapan selamat ulang tahun dari teman dan keluarganya, tapi rasanya masih ada yang kurang
Davin, laki-laki itu biasanya selalu menjadi orang pertama yang mengucapkan selamat ulang tahun untuknya. Masuk ke apartemennya secara tiba-tiba, entah membawa kue atau boneka atau yang lainnya, menyanyikan lagu selamat ulang tahun dan mencium keningnya.
Aleya hanya tersenyum membaca notifikasi dari pesan-pesan yang masuk. Tidak ada niatan untuk membukanya dan membalasnya. Rasanya sepi, kosong. Ada sesuatu yang kurang dari semua ini. Davin, laki-laki itu membawa banyak pengaruh di hidup Aleya. Banyak tawa dan warna. Davin, laki-laki aneh -menurut Aleya- yang berhasil mengubah Aleya yang cuek nan dingin menjadi sosok perempuan yang ceria dan murah senyum.
‘Happy birthday, Le.’
Aleya sedikit terkejut melihat sebuah pesan yang masuk. Davin. Laki-laki itu masih ingat ulang tahunnya? Bahkan ia masih memanggilnya Le. Hanya Davin yang memanggilnya dengan sebutan Le, biasanya orang-orang memanggil Aleya dengan Al, atau Leya.
Tiba-tiba pintu apartemennya terbuka dan menampakkan seseorang yang tidak pernah ia hubungi sejak dua minggu yang lalu. Davin, laki-laki itu berdiri di depan pintu dengan kue di tangannya seperti tahun-tahun sebelumnya.
Happy Birthday, Aleya Fredison Renaldy” ujar Davin. Laki-laki itu berjalan mendekat kearah Aelya yang masih terpaku di tempatnya
Make a wish, habis itu tiup lilinnya” Aleya menurut. Perempuan itu menutup matanya dan berdoa, setelah itu ia meniup lilinnya dan tersenyum.
“Dav--”
“Undangan. Minggu depan aku nikah” Davin menyela ucapan Aleya dan memberikan sebuah benda pipih berbentuk persegi panjang
Aleya membuka bungkus plastik undangan tersebut dengan ekspresi yang sulit diartikan. Berusaha menaham air matanya agar tidak lolos begitu saja. Perempuan berambut ikal itu membaca tulisan di undangan dengan seksama
“Davin Alexander Wijaya dan Aleya Fredison Renaldy?” gumam Aleya seraya membaca kata per kata yang tertera di atas kertas berwarna pink itu.
Butuh beberapa detik sebelum akhirnya ia sadar akan kata-kata yang baru saja dibacanya. Davin tersenyum saat Aleya menatapnya tak mengerti.
“Perempuan yang Marcel bilang satu bulan yang lalu itu Kimberly, Le. Aku kenal dia sejak tahun lalu. Pas masih jadi maba. Awalnya Cuma sebatas senior-junior, tapi sejak tiga bulan yang lalu aku deket sama dia. Hangout bareng, makan bareng. Satu bulan setelah itu dia bilang dia suka sama aku. Minta aku putusin kamu, terus jadi pacar dia. Sabar, jangan mikirin yang aneh-aneh dulu. Aku ga pernah pacaran sama Kimberly. Sejak itu aku mikir, aku hampir ngehianatin kamu, Le. Tiba-tiba mama dateng terus minta aku nikah sama kamu. Ya aku langsung setuju. Sejak satu bulan yang lalu, aku enggak kasih kamu kabar itu sengaja. Sejak satu bulan yang lalu sampe kemarin, aku sama mama, mama kamu juga sibuk ngurusin ini itu buat pernikahan kita” jelas Davin.
Aleya menghela napas, menatap undangan berwarna coklat muda di genggamannya. Perempuan itu tersenyum kemudian berhambur ke dalam pelukan Davin. Bahagia? Jangan ditanya, rasanya Aleya ingin salto detik itu juga.
“Jahat banget, serius deh. Aku nangis dua minggu buat apaan coba” gerutu Aleya. Perempuan itu masih membenamkan wajahnya di lekukan leher calon suaminya.
“Kamu enggak marah? Aku hampir ngehianatin kamu, Le. Aku gak baik buat kamu”
Nobody’s perfect, Dav. Aku seneng kamu masih bisa nahan diri. Denger ya, setiap orang pasti punya titik jenuh. Ada kalanya orang itu akan pergi dari ‘rumah’ dan berkelana. Tapi satu yang harus kamu inget, seberapa jauh kamu pergi, seberapa lama itu. Kamu harus inget di mana ‘rumah’ kamu, dan pulang”
I know. You’re my home. Love you, Aleya Fredison Renaldy

---TAMAT---

22 komentar:

Unknown mengatakan...

Cerpennya bagus dan menarik

vincent.kuswanto29@gmail.com mengatakan...

Lanjutkan karya-karya anda

Unknown mengatakan...

Bagus. Kembangkan lagi!

Clarissa Vania mengatakan...

Ditunggu karya2 selanjutnyaa!

Angellie mengatakan...

wahh cerita yang bagus! kembangkan lagi dan lagi!!

Unknown mengatakan...

waa menarik sekali!

Unknown mengatakan...

Keren banget Meiiii πŸ‘

Unknown mengatakan...

Bagus Dan keren cerpennya

Unknown mengatakan...

Keren sekali...

Unknown mengatakan...

sukakkkkkkkk ihh cerpennya lucu gtu :') lanjutin ya kalo bisa dibuat sequelnya :0

Unknown mengatakan...

bagus cerita na menarik!

Jennifer Christi Thengsheli mengatakan...

Wahh ceritanya bagus ditunggu yang berikutnya ya��

Unknown mengatakan...

Menarik banget bisa jdi langganan disini nih hahaha

Unknown mengatakan...

jangan baper baper woiπŸ˜‚

vellen mengatakan...

Wah ngga terduga endingnya!! KerenπŸ‘πŸ‘

Unknown mengatakan...

unchyyy suka bgt sm ceritanya smpe baper woe dan agak sedikit sensitif dgn pemeran cowonya but all's good.. terus berkarya dan ditunggu kelanjutannya yaaπŸ’•πŸ’•

Jee mengatakan...

ya ampun pdhl ud kira bakal sad ending tpi ternyata happy wkwkw... bagus ci ampe bikin aku baper nih;(πŸ‘πŸ‘ wkwkwk

Alfin mengatakan...

Touchingg heart so deep wehh cerpennya.. Hehe.. Good job writter ☺

Unknown mengatakan...

Karya yg sangat bagus

Tasya Geradline mengatakan...

cerita nya menarik banget!

jennyfer limsen mengatakan...

keren dan menarik!πŸ‘πŸΌ

Anonim mengatakan...

akyu baper :')

#POPULER